Tuesday, June 17, 2008

CORE OF A FRIENDSHI

MORE THAN WORD IN A FRIENDSHIP
MORE THAN NEWS IN THE FRIEND
THE JOY AND SORROW IS THE CORE OF CELEBRATE IN A NEWS
I'M HEARD AND WRITTE BECOME A TELLING OF FRIEND

SOMETIMES HEARD EARRING AND MINOR
SOMETIMES HEARD SO SWEET AND HARMONY
SMOOTH AND POLISH OF FACE IT ALL IS AFRIEND
ALTHOUGH NOT SO BEAUTY WHAT I MEAN

WHEN CLOUDS TO PREVENT THE PILLR OF FIRE BECOME A FRIEND
WHEN THE HEAD WAS BE BURN THE PILLAR OF CLUOD BE FRIEND
THE CLAUSE OF ETICS IT DOES NOT THE PROMISE OF A FRIENDSHIP
BUT THE PURE AND SMOTH BECOME THE CORE OF A FRIENDSHIP

---------------------------------------------------------------------------------------


Linnaeus produced the first ‘artificial’ spherical pearls ever cultured in any mollusc, from salt or freshwater, and they now form part of the Linnaean Collections. Linnaeus removed the shells from the river, drilled a small hole in the shell of the freshwater mussel Unio pictorum L. (the “Painter’s Mussel”, so called because artists would use the shallow valves to mix their pigment) and inserted a tiny granule of limestone or plaster between the mantle and the shell. To produce a free pearl rather than a blister pearl he held this small bead away from the shell's inner surface with a "T" shaped silver wire. The pearl mussels were returned to the riverbed for six years and in many cases resulted in pearls of modest quality.

Linnaeus sold the secret to a Swedish merchant called Peter Bagge in 1762 for 6,000 “dalars“ (or approximately £1,250 which would be over £93,000 today). Bagge obtained a monopoly permit from the King of Sweden to develop pearl culture but neither he, nor his grandson, ever took up the idea and put it into practice.

A set of Linnaeus’ experimental pearls has been travelling the world since 2001 as part of the blockbuster exhibition “Pearls” organised and administered by the American Museum of Natural History in New York. They have been exhibited in Abu Dhabi, Australia, Canada, Japan, and The United States. The pearls are back in London for the tercentenary celebrations until October, when they will join the rest of the exhibition in Paris, opening to the public there on October 27, 2007.

John Dory Zeus faber L.


Distaff Spindle Murex colus L.


Linnaean Pearls

These pearls are part of a larger series in the collections held by the Linnean Society of London. Among them are two pearls still attached to the shell showing the metal posts that reveal the technique of pearl culture.


Part of the Linnaean Shell Collection

Sunday, June 15, 2008

INTI DARI PERSAHABATAN

BANYAK BAHASA DALAM PERSAHABATAN
BANYAK BERITA DI ANTARA TEMAN
SUKA DUKA ADALAH JAMUAN ISI BERITA
KU DENGAR DAN KU TULIS MENJADI CERITA SAHABAT


KADANG TERDENGAR SUMBANG DAN MINOR
KADANG TERDENGAR MANIS DAN HARMONIS
WAJAH POLOS DAN TERPOLES SEMUANYA ADALAH SAHABAT
WALAUPUN TAK SEINDAH KARYA SANG MAESTRO


KADANG MENDUNG MENGHALANGI ADA TIANG APA YANG MENEMANI
JIKA TERIK YANG MEMBAKAR ADA TIANG AWAN YANG MENAUNGGI
SYARAT ATAU ETIKA BUKAN IKRAR DARI PERSAHABATAN
TAPI KEPOLOSAN DAN KELUGUAN ADALAH INTI DARI SAHABAT



THE BEAUTYFULL OCEAN PARK

Papua, BILA Anda penikmat panorama kehidupan bawah laut, coba bandingkan lokasi yang Anda ketahui dengan kawasan laut di Kabupaten Raja Ampat. Kekaguman pasti segera terlontar.

Selain panorama indah di atas permukaan laut, biota di dalam laut pun menjanjikan keindahan. Berbagai jenis ikan bermacam ukuran dan warna hilir mudik tiada henti. Beraneka ragam karang keras dan lunak menambah semarak kehidupan.

Kepulauan Raja Ampat terletak di ujung paling barat Pulau Papua. Akan tetapi, informasi keindahan alam kabupaten ini tidak ditemui dalam buku panduan wisata reguler di Indonesia. Segala cerita dan foto mengenai daerah ini justru berasal dari dunia internet.

Banyak orang asing yang berprofesi sebagai peneliti kehidupan laut, penyelam profesional, fotografer, atau turis biasa membuat situs tentang kehidupan bawah air laut Raja Ampat.

Mereka rata-rata terkesan dengan keindahan alam bawah air Raja Ampat. Dr John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya. Dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak sekitar 50 mil sebelah barat-utara Sorong mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu.

Dari 450 jenis karang itu, tujuh jenis di antaranya merupakan temuan baru bagi dunia ilmu pengetahuan karang dan belum pernah ditemukan di dunia lain. "Menemukan karang dalam satu kali kunjungan, belum pernah saya temukan selama hidup. Bahkan, belum ada penelitian karang yang dapat menemukan lebih dari 450 jenis karang," tutur Veron.

Serupa dengan Veron, Gerry Allen, ahli ikan karang dan ikan air tawar yang telah bekerja 25 tahun di seluruh dunia, mengaku belum pernah memiliki pengalaman seperti yang diperolehnya di Kepulauan Raja Ampat. Di sana ia menemukan sejumlah keindahan taman laut yang paling indah dan murni dari seluruh taman laut di Indonesia.

"Unbelievable, luar biasa. Baru kali ini saya berhasil menghitung 283 jenis ikan karang dalam satu kali penyelaman selama 80 menit. Ini adalah rekor tertinggi dalam karier penelitian saya," kata Allen yang telah menulis ratusan buku tentang ikan itu.

Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans.

Angka-angka tersebut melebihi hasil temuan dengan metode yang sama di kawasan Milne Bay (Papua Nugini), Pulau Bunaken, dan Kepulauan Togean.

"Penemuan ini membuktikan dugaan sebelumnya bahwa Raja Ampat menjadi pusat penyebaran karang di dunia," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Raja Ampat J Becky Rahawarin ketika ditemui Media.

Menurut riset yang dilakukan tim ekspedisi Media Indonesia-Metro TV bersama Departemen Perikanan dan Kelautan (DPK) Republik Indonesia, kejernihan air laut secara vertikal mencapai 30 sampai 33 meter. Sedangkan jarak pandang (visibility) secara horizontal sekitar 15 sampai 20 meter pada kedalaman 10 meter. Dan kondisi ini merupakan kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan terumbu karang secara optimal. "Hal ini juga sangat baik bagi penyelam untuk menikmati bawah laut Raja Ampat," kata Widodo S Pranowo, peneliti DPK.

Untuk menjaga kelestarian bawah laut Kepulauan Raja Ampat, pemerintah telah menetapkan laut sekitar Waigeo Selatan, yang meliputi pulau-pulau kecil seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele, telah disahkan sebagai Suaka Margasatwa Laut. Menurut SK Menhut No 81/Kpts-II/1993, luas wilayah ini mencapai 60.000 hektare.

Selain itu, beberapa kawasan laut lainnya telah diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi. Masing-masing adalah Suaka Margasatwa Laut Pulau Misool Selatan (luas 4.319 ha), laut Pulau Kofiau (7.187 ha), laut Pulau Asia (7.000 ha), laut Pulau Sayang (96.000 ha), dan Laut Pulau Ayau (168.630 ha).

Menurut Becky, usulan kawasan konservasi yang baru ini sedang diproses. "Apabila disetujui, berarti kumulatif luas kawasan konservasi di Kepulauan Raja Ampat berluas 772.608 ha atau 16,75 persen dari total luas Kepulauan Raja Ampat," ujarnya. (Aries Wijaksena/S-4)

(sumber: media indonesia)